Apakah Aku Gagal Jadi Dewasa? Semua Orang Jalan Terus, Aku Masih Di Tempat yang Sama
Aku duduk di tepi meja, menatap secangkir kopi yang sudah hampir dingin. Mataku fokus pada layar ponsel, tapi pikiranku entah kemana. Aku scroll feed Instagram, dan semakin aku melihat kehidupan teman-temanku, semakin aku merasa jauh dari diriku sendiri. Mereka sudah menikah, punya anak, bahkan beberapa sudah punya rumah sendiri. Sementara aku? Masih di tempat yang sama. Kerja freelance yang nggak menentu, hidup yang nggak jelas arahnya. Dan setiap kali aku mencoba menyemangati diri, aku malah merasa semakin kosong.
Di luar, hujan turun pelan, suara tetesannya membuat aku sedikit tenang, meskipun aku tahu itu nggak akan bisa menghapus perasaan yang berantakan ini. Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha mengatur perasaan yang kian kacau. Semua orang sepertinya tahu apa yang mereka inginkan dari hidup mereka. Mereka punya tujuan yang jelas, dan aku? Hanya berjalan tanpa tahu arah.
Aku memandang layar ponsel, ada pesan dari teman lama. “Dara, kangen banget! Udah lama nggak ketemu. Aku lihat di Instagram, kamu lagi sibuk banget ya? Pasti hidupmu keren banget deh!”
Aku tersenyum pahit. Keren banget… mungkin itu yang dilihat orang lain. Mungkin mereka nggak tahu kalau aku merasa terjebak di dalam rutinitas yang nggak pernah berhenti. Aku merasa seperti ada yang hilang, tapi nggak tahu harus mencari ke mana. Aku merasa seperti sedang mengikuti hidup orang lain, padahal aku nggak tahu siapa aku lagi.
Aku menatap pesan itu sebentar, dan langsung menghapusnya. Tak ada yang perlu tahu kalau aku merasa kosong. Tak ada yang perlu tahu kalau aku sering terjaga di malam hari, bertanya-tanya apa yang salah dengan hidupku. Aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan semua itu. Untuk tidak menunjukkan pada dunia kalau aku sedang merasa tidak punya arah.
“Kenapa aku harus merasa seperti ini?” aku bertanya pada diri sendiri, meski tak ada jawaban yang muncul. Aku terus berpikir tentang apa yang terjadi pada hidupku. Semua terasa salah, tapi aku tidak bisa menemukan jalan keluar. Hujan di luar masih turun dengan pelan, menciptakan suara yang menenangkan, meskipun hatiku tetap penuh dengan kebingunganku.
Aku teringat masa kecilku, saat hidup terasa lebih sederhana. Dulu aku punya mimpi besar. Aku ingin menjadi seseorang yang sukses, mandiri, dan memiliki hidup yang penuh arti. Sekarang, aku malah kesulitan untuk bangun dari tempat tidur setiap pagi. Apa yang salah dengan aku?
Aku meletakkan ponsel di meja dan menatap kopi yang sudah dingin. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang mengalir begitu saja dalam diriku. Seperti ada sebuah pemahaman yang muncul secara perlahan—mungkin hidup ini memang tidak selalu sesuai rencana. Mungkin ini adalah saat aku berhenti sejenak, merenung, dan mencari tahu apa yang benar-benar aku inginkan.
Aku meneguk kopi yang sudah dingin itu, dan meskipun rasanya pahit, entah kenapa aku merasa sedikit lega. Mungkin ini bukan kegagalan. Mungkin ini adalah bagian dari perjalanan yang selama ini aku hindari. Dan mungkin, dengan menerima ketidakpastian ini, aku akan menemukan jalan yang selama ini aku cari.
Novel Pendek - Apakah Aku Gagal Menjadi Dewasa Bab 1
Lanjut Bab Selanjutnya 👇








