Bab 9: Aku Ingin Merawat Diriku, Bukan Menyiksanya Lagi

Dulu aku pikir mencintai diri sendiri berarti memanjakan diri. Liburan. Belanja. Makan enak. Tapi belakangan aku sadar, aku sering melakukan itu bukan karena sayang pada diriku…

Tapi karena aku ingin melarikan diri dari diriku.


Aku pernah terlalu keras pada tubuhku. Menyuruhnya terus produktif. Menuntutnya tampil sempurna. Memaksa tersenyum, meski dalam hati penuh kabut.


Aku pernah menghukum diriku karena tidak sesuai ekspektasi orang lain.

Mengutuki kekuranganku.

Menyalahkan diri sendiri karena gagal, seolah kegagalan itu definisiku.


Tapi sekarang, aku ingin berhenti.


Bukan karena aku sudah sembuh. Tapi karena aku sudah terlalu lama menjadikan diriku musuh.

Padahal, satu-satunya orang yang selalu bersamaku sejak awal… ya diriku sendiri.


Aku mulai belajar hal-hal kecil. Seperti tidur cukup. Memberi ruang untuk marah, tanpa merasa bersalah. Memaafkan diri karena belum jadi “ideal”. Menyentuh wajahku di depan cermin dan berkata, “Terima kasih ya, udah bertahan sampai hari ini.”


Aku mulai tidak ingin jadi kuat terus. Aku ingin jadi manusia. Yang kadang lelah, kadang bingung, tapi tetap ingin hidup.


Dan setiap hari, aku ingin bilang ke diri sendiri:

“Kamu boleh istirahat. Kamu boleh salah. Kamu boleh ulang dari awal. Tapi jangan lagi kamu menyiksa dirimu sendiri, ya.”


Karena satu hal yang akhirnya kutahu…

Kalau aku bisa mencintai orang lain dengan begitu tulus, kenapa aku selalu lupa untuk mencintai diriku sendiri?


Mulai sekarang, aku ingin pelan-pelan belajar.

Bukan untuk jadi sempurna.

Tapi untuk jadi teman terbaik bagi diriku sendiri.